Profil Desa Kreo
Ketahui informasi secara rinci Desa Kreo mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Kreo, Kejajar, Wonosobo. Mengupas tuntas potensi desa sebagai lumbung kentang dan hortikultura sayuran di Dataran Tinggi Dieng, serta dinamika kehidupan masyarakat agraris yang tangguh dan memegang teguh nilai gotong royong.
-
Lumbung Kentang Dieng
Desa Kreo merupakan salah satu sentra utama produksi kentang berkualitas tinggi di Kawasan Dataran Tinggi Dieng, yang menjadi komoditas andalan dan penggerak utama ekonomi lokal.
-
Masyarakat Agraris yang Tangguh
Warga Desa Kreo memiliki etos kerja, ketangguhan, dan kearifan lokal yang kuat dalam mengolah lahan pertanian di ketinggian dengan kondisi iklim yang ekstrem.
-
Penyangga Kawasan Wisata
Berada di lingkungan strategis Dataran Tinggi Dieng, Desa Kreo memainkan peran penting sebagai penyangga produksi pangan dan pemasok hasil bumi bagi industri pariwisata di sekitarnya.
Terletak di hamparan subur Kawasan Dataran Tinggi Dieng, Desa Kreo di Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, adalah representasi sejati dari sebuah desa agraris yang menjadi tulang punggung pangan di "Negeri Para Dewa". Desa ini dikenal luas sebagai salah satu lumbung utama penghasil kentang berkualitas premium, komoditas yang menjadi fondasi perekonomian dan napas kehidupan masyarakatnya. Jauh dari hiruk pikuk pusat wisata utama, kehidupan di Desa Kreo berdenyut dalam ritme yang lebih tenang, mengikuti siklus tanam dan panen di tengah suhu dingin pegunungan. Di balik pemandangan ladang-ladang yang tertata rapi di lereng perbukitan, tersimpan kisah tentang ketangguhan, kerja keras dan semangat gotong royong yang mengakar kuat.
Geografi di Ketinggian dan Lanskap Demografi
Secara geografis, Desa Kreo berada pada ketinggian lebih dari 2.000 meter di atas permukaan laut (mdpl), menempatkannya dalam zona iklim pegunungan yang sejuk hingga dingin. Suhu udara harian yang rendah dan tanah vulkanik jenis andosol yang subur merupakan kondisi ideal yang menjadikan wilayah ini sangat cocok untuk budidaya tanaman umbi-umbian dan sayuran dataran tinggi. Luas wilayah Desa Kreo tercatat sekitar 4,05 kilometer persegi (405 hektar), yang sebagian besarnya merupakan lahan pertanian produktif.Secara administratif, wilayahnya berbatasan langsung dengan desa-desa lain di Kecamatan Kejajar yang juga merupakan bagian dari kawasan Dieng. Di sebelah utara, desa ini berbatasan dengan Desa Sikunang. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Dieng. Sementara itu, di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Patakbanteng, dan di sebelah barat berbatasan langsung dengan Desa Surengede. Berdasarkan data kependudukan terkini, Desa Kreo dihuni oleh 4.498 jiwa. Dengan luas wilayahnya, maka tingkat kepadatan penduduknya adalah sekitar 1.110 jiwa per kilometer persegi. Mayoritas mutlak penduduknya berprofesi sebagai petani, yang telah mewarisi keahlian bercocok tanam di dataran tinggi secara turun-temurun.
Struktur Pemerintahan dan Pembangunan Berbasis Pertanian
Penyelenggaraan pemerintahan Desa Kreo dijalankan oleh seorang Kepala Desa beserta jajaran perangkat desa, yang bekerja dalam sinergi dengan Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Fokus utama tata kelola pemerintahan desa ini adalah mendukung dan memajukan sektor pertanian sebagai basis utama kehidupan masyarakat. Perencanaan pembangunan desa, yang dirumuskan melalui forum Musrenbangdes, sebagian besar dialokasikan untuk program-program yang relevan dengan kebutuhan petani.Visi pembangunan Desa Kreo secara implisit berfokus pada "Terwujudnya Masyarakat Tani yang Sejahtera, Maju, dan Mandiri". Visi ini diterjemahkan ke dalam beberapa misi strategis, antara lain: (1) Meningkatkan produktivitas dan kualitas komoditas kentang dan sayuran lainnya melalui penerapan teknologi pertanian yang adaptif. (2) Membangun dan memelihara infrastruktur pertanian, seperti jalan usaha tani, saluran irigasi, dan embung untuk penampungan air. (3) Memperkuat kelembagaan petani melalui optimalisasi peran kelompok tani (Poktan) dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). (4) Meningkatkan akses petani terhadap informasi pasar, permodalan, dan sarana produksi yang berkualitas.
Perekonomian: Kentang sebagai Emas Kuning Dieng
Perekonomian Desa Kreo dapat digambarkan sebagai ekonomi agraris murni yang sangat bergantung pada satu komoditas utama, yaitu kentang. Kentang dari Dieng, termasuk yang berasal dari Kreo, telah lama dikenal sebagai salah satu yang terbaik di Indonesia. Varietas kentang Granola menjadi pilihan utama para petani karena cocok dengan kondisi agroklimat setempat dan memiliki permintaan pasar yang tinggi, baik untuk industri makanan olahan (keripik) maupun untuk konsumsi rumah tangga.Siklus tanam kentang menjadi penentu utama perputaran roda ekonomi di desa. Seluruh energi dan sumber daya masyarakat tercurah pada setiap tahapan, mulai dari pengolahan lahan yang intensif di lereng-lereng perbukitan, pembibitan, penanaman, pemupukan, hingga panen raya. Pada saat panen, desa menjadi sangat sibuk dengan aktivitas pemanenan, penyortiran, dan pengangkutan kentang menuju pasar-pasar induk di berbagai kota besar di Jawa.Selain kentang, petani di Kreo juga menanam komoditas hortikultura lain sebagai bentuk diversifikasi dan rotasi tanaman. Kubis (kol), wortel, dan daun bawang (loncang) adalah beberapa sayuran yang umum dibudidayakan. Tanaman-tanaman ini menjadi sumber pendapatan tambahan yang menjaga arus kas keluarga petani tetap berjalan di antara musim panen kentang. Sebagian kecil warga juga membudidayakan buah carica, ikon Dieng, meskipun tidak dalam skala sebesar di desa-desa lain.
Kehidupan Sosial Masyarakat Agraris yang Tangguh
Masyarakat Desa Kreo adalah cerminan dari komunitas petani pegunungan yang tangguh dan memiliki etos kerja yang sangat tinggi. Hidup dan bekerja di tengah suhu dingin dan medan yang menantang telah membentuk karakter mereka menjadi pribadi yang ulet, sabar, dan tidak mudah menyerah. Ikatan sosial antarwarga terjalin sangat erat, dilandasi oleh semangat gotong royong atau yang sering disebut sambatan. Tradisi saling membantu saat mengolah lahan, membangun rumah, atau saat ada warga yang tertimpa musibah masih sangat kental dan menjadi fondasi utama ketahanan sosial desa.Kehidupan keagamaan juga menjadi bagian penting dari keseharian warga. Mayoritas penduduknya adalah pemeluk agama Islam yang taat, dengan masjid dan mushala sebagai pusat kegiatan ibadah dan sosial. Berbagai ritual adat atau selamatan yang merupakan sinkretisme antara ajaran agama dan tradisi lokal, terutama yang berkaitan dengan siklus pertanian, masih sering dilakukan sebagai wujud rasa syukur atas hasil panen dan permohonan agar terhindar dari marabahaya.
Infrastruktur Penunjang Lumbung Pangan
Sebagai salah satu lumbung pangan penting di Wonosobo, ketersediaan infrastruktur dasar di Desa Kreo menjadi faktor krusial. Akses jalan utama yang menghubungkan Kreo dengan pusat kecamatan dan jalur utama wisata Dieng sudah dalam kondisi beraspal dan cukup baik, meskipun memiliki tanjakan dan kelokan yang tajam. Infrastruktur yang paling vital bagi warga adalah jalan usaha tani, yaitu jalan-jalan kecil yang menghubungkan pemukiman dengan area perladangan di perbukitan. Pemerintah desa terus memprioritaskan pembangunan dan perbaikan jalan ini untuk mempermudah pengangkutan sarana produksi dan hasil panen.Jaringan listrik PLN telah menjangkau seluruh pemukiman warga. Untuk kebutuhan air bersih, masyarakat memanfaatkan sumber-sumber mata air pegunungan yang melimpah. Di bidang pendidikan, fasilitas sekolah dasar (SD) dan pendidikan anak usia dini (PAUD) telah tersedia di desa. Demikian pula dengan layanan kesehatan dasar yang dapat diakses melalui Poskesdes dan kegiatan Posyandu rutin.
Tantangan dan Prospek Pengembangan di Masa Depan
Tantangan terbesar yang dihadapi Desa Kreo dan petani Dieng pada umumnya adalah degradasi lahan dan isu lingkungan. Praktik pertanian intensif dengan penggunaan pupuk kimia dan pestisida secara terus-menerus dalam jangka panjang berisiko menurunkan kesuburan tanah dan menyebabkan erosi, terutama di lahan miring. Fluktuasi harga kentang di pasaran yang seringkali tidak menentu juga menjadi risiko ekonomi yang selalu membayangi para petani.Namun prospek masa depan Desa Kreo tetap terbuka lebar. Peluang pengembangan terletak pada penerapan praktik pertanian yang lebih berkelanjutan (sustainable agriculture). Penggunaan pupuk organik, teknik konservasi lahan seperti pembuatan terasering yang lebih baik, dan pengelolaan hama terpadu dapat menjadi solusi untuk isu lingkungan sekaligus meningkatkan kualitas produk. Selain itu, peluang ada pada hilirisasi produk. Pengembangan industri kecil pengolahan kentang menjadi keripik, tepung kentang, atau produk beku (frozen food) dapat memberikan nilai tambah yang sangat signifikan. Dengan penguatan kelembagaan petani dan inovasi di bidang pertanian, Desa Kreo berpotensi untuk tidak hanya menjadi lumbung pangan, tetapi juga menjadi contoh desa agribisnis yang modern dan ramah lingkungan.